Ema 18 – Kota Langit Timur

Elang Perak perlahan melayang melewati dermaga langit dan meliuk di antara perbukitan hijau serta pilar-pilar formasi bebatuan yang menjulang. Di antara lembah, dengan segera sejumlah desa dan kota terlewati. Penduduk desa dan kota sesekali terlihat menolehkan kepala ke arah langit. Baik Elang Perak maupun Alpha Wings nyaris tidak menghasilkan suara ketika mereka melintas di angkasa, … Lanjutkan membaca Ema 18 – Kota Langit Timur

Ema 17 – Pulang

Tidak lama berselang, sejumlah sayap biru langit melintas elegan melewati semburat kuning di atas Dermaga Langit.   “Oh! Lihat-lihat! Itu Hiperdroid dari Langit Timur!” Salah satu orang di dermaga berteriak, dan diikuti oleh yang lainnya yang menyebar dengan cepat. Satu skuadron mahazirah nirawak berwarna biru langit dengan sepasang sayap bagai malaikat terbang dengan cepat dari … Lanjutkan membaca Ema 17 – Pulang

Ema 16 – Dermaga Langit

Sebuah pertemuan virtual sedang berlangsung. Tanpa tampilan wajah pesertanya, hanya siluet dan hening yang memenuhi sebuah ruangan yang diterangi oleh cahaya dari pelbagai hologram para peserta. Angin sepoi-sepoi meniup aroma Laut Tengah nan kering ke dalam ruangan yang sementara hening, hingga sebuah kalimat memecah kebisuan. “Apa yang sebenarnya terjadi di Utara?” Suara tanya bernada tinggi … Lanjutkan membaca Ema 16 – Dermaga Langit

Ema 15 – Di antara Awan

Sinar matahari menerobos ke dalam kabin yang hanya ditempati oleh dua jiwa, sementara enam sayap delta membelah dan menerobos kumpulan kumulonimbus yang bertumpang menjadi hutan di langit. Nandha baru saja menyelesaikan percakapan dengan tim lapangan yang bersamanya menyelesaikan misi penyelamatan beberapa jam yang lalu. Misi selesai dengan sempurna, para tahanan yang diselematkan akan dibawa ke … Lanjutkan membaca Ema 15 – Di antara Awan

Ema 14 – Selamat Tinggal

Nandha memanggul Pema di punggungnya dan berjalan pelan kembali ke sebuah tempat yang menjadi pengikat takdir mereka. Dua bayangan yang menjadi satu bergerak ketika sang fajar menyemburat di Tenggara jauh. Udara mulai menjadi lebih bersahabat, dan semburat cahaya mulai menyentuh sepasang kelopak mata Pema yang tertutup membuat mereka mulai terbuka perlahan. “Selamat pagi.” Kata Pema … Lanjutkan membaca Ema 14 – Selamat Tinggal

Ema 13 – Pulang

“Hmm..., apa itu?” Sebuah suara datang tak jauh dari deretan pegunungan di arah Selatan. “Aura ini...?” Retorika pendek terucap dari area di Tenggara jauh. “Anak itu lagi. Mau apa lagi dia sekarang?” Kata-kata lembut di arah Barat jauh, dan dibalas oleh ucapan lainnya, “Biarkan saja, dia memilih jalannya sendiri.” Ledakan mana yang dihasilkan oleh Nandha … Lanjutkan membaca Ema 13 – Pulang

Ema 12 – Pohon yang Menaungi Semesta

Keheningan kembali membenam suasana yang tegang. Kedua belah pihak telah menyatakan posisinya masing-masing yang berseberangan dengan tegas dan keras. “Kupikir kamu adalah seorang penyihir – the sorcerer.” Lelya berucap dengan heran. Sorcerer adalah kata lain untuk menyebut para esper dengan kekuatan yang tidak mudah dijelaskan atau dikelompokkan. Nandha tidak berkata apapun, dia merentangkan kedua tangannya … Lanjutkan membaca Ema 12 – Pohon yang Menaungi Semesta

Ema 11 – Perjamuan

Quator Venti Corona selalu memiliki pemenang, juara, the champion. Mereka adalah penyihir-penyihir yang tumbuh menjadi legenda, bahkan mitos. Namun dalam seabad, pemenang mahkota belum tentu bisa menjadi pemegang mahkota. Dalam seratus tahun terakhir hanya ada tiga, mereka yang mampu mengenakan Mahkota Empat Angin di kepala mereka. Reginis et Regibus, para raja dan ratu dunia sihir. … Lanjutkan membaca Ema 11 – Perjamuan

Ema 10 – Rex

Beberapa lapis mandala sihir terbentuk dengan cepat di sekitar Pema yang direbahkan di kaki sebuah pohon pinus. Gadis kecil tersebut masih tertidur dengan pulas ketika Nandha meletakkannya dan memberikan sihir perlindungan. Sementara itu, di langit yang tak jauh dari tempat Nandha dan Pema berada, enam belas bayangan tampak melayang meloloskan diri dari tiga bola api … Lanjutkan membaca Ema 10 – Rex