Ema 10 – Rex

Beberapa lapis mandala sihir terbentuk dengan cepat di sekitar Pema yang direbahkan di kaki sebuah pohon pinus. Gadis kecil tersebut masih tertidur dengan pulas ketika Nandha meletakkannya dan memberikan sihir perlindungan.

Sementara itu, di langit yang tak jauh dari tempat Nandha dan Pema berada, enam belas bayangan tampak melayang meloloskan diri dari tiga bola api membara yang terpecah dan jatuh ke bumi.

“Senjata macam apa itu?” Teriak salah satu bayangan.

“Diamlah! Kakiku masih lemas! Jangan mengingatkanku lagi!” Teriak yang lainnya.

“Nona, apa Anda baik-baik saja?” Tanya salah satu bayangan.

“Tidak masalah.” Jawab bayangan yang berukuran paling kecil.

“Nona, yang menyerang kita adalah persenjataan dari dunia baru, tidak satu pun kelompok di dunia lama memiliki persenjataan semacam itu.” Bayangan yang paling jangkung menyampaikan pendapatnya.

“Itu hanya omong kosong, selama beberapa puluh tahun terakhir, kekuatan dunia lama mana yang tidak tertarik mengembangkan teknologi dari dunia baru untuk menyokong keberadaan mereka.” Balasan ketus dari bayangan yang paling gemuk.

“Sudah! Fokus! Temukan target kita, seharusnya dia tidak jauh dari sini.” Kata suara yang paling renta.

Bayangan yang lain mengangguk.

“Ketemu!” Kata mereka nyaris bersamaan.

“Tak kusangka, keturunan terakhir Ullr ternyata memang masih hidup. Kita sudah membayar sangat mahal dengan melenyapkan darah mereka, jangan sampai semua sia-sia karena kita melewatkan anak ini.” Sahut salah satu dari bayangan.

“Tapi siapa yang bersamanya?” Tanya yang lain.

“Entahlah, hanya bocah saja, tak perlu dipikirkan. Ayo kita turun dan selesaikan ini. Lalu kita juga harus mencari tahu siapa yang kurang ajar, beraninya menyerang pesawat kita di wilayah udara kita!”

Mereka mengangguk dan melayang turun, mendarat beberapa meter di hadapan Nandha yang berdiri membelakangi Pema yang terlelap.

Nandha melihat satu per satu wajah keenam belas orang tersebut, dia tersenyum, karena hampir semua ia kenali. Tentu saja kenal tidak dalam arti dekat.

Namun keenam belas sosok itu tidak mengenali si bocah, kecuali satu orang, seseorang yang berusia sebaya dengan Nandha.

“Kamu…? Kenapa kamu ada di sini?” Gadis kecil itu terkaget.

“Nona, apa Anda mengenalnya?” Tanya salah satu bayangan di sebelahnya.

Gadis tersebut mengangguk, “Kami pernah bertemu ketika aku mewakili Akademi Sihir Abadi Utara berkunjung ke Sekolah Sihir Agung Timur, dia adalah salah satu siswa yang disegani di sana.”

Kelima belas bayangan lainnya terkejut.

Ada empat lokasi pendidikan di dunia baru yang paling terkenal. Akademi Sihir Abadi Utara, Sekolah Sihir Agung Timur, Institut Sihir Modern Barat, dan Sekte Sihir Misterius Dataran Tengah.

Akademi Sihir Abadi Utara menitikberatkan pada sihir elemental, kekuatan sihir yang ada sepanjang masa, mereka menggunakan bakat dan naluri dalam mendalami sihir. Mereka yang belajar di sini akan menjadi penyihir elemental, the sorceress.

Sekolah Sihir Agung Timur menitikberatkan pada ilmu sihir kebatinan, jiwa dan kekuatan spiritual menjadi hasrat mereka; mereka menggunakan kebijaksanaan dan kontemplasi dalam memperdalam sihir. Sehingga sihir-sihir yang tidak masuk ke dalam elemental seperti sihir ruang dan waktu, sihir dimensi, telepati, telekinesis, dan sebagainya menjadi primadona. Mereka yang belajar di sini akan menjadi penyihir kebatinan, the esper.

Institut Sihir Modern Barat menitikberatkan pada perpaduan antara teknologi modern dan sihir. Mereka menggunakan akal dan penelitian dalam memperdalam sihir. Penyihir dari Barat menggunakan pelbagai sihir modern yang kreatif dan menakjubkan. Mereka adalah penyihir modern, the wizard.

Terakhir, Sekte Sihir Misterius Dataran Tengah. Lokasi mereka rahasia dengan pengaruh hampir di seluruh Eurasia, banyak yang menduga kekuatan utama mereka ada di sekitar wilayah Persia dulu. Apa yang mereka dalami adalah hubungan antara raga dan alam, sihir di antara insan dan semesta. Mereka membuat memiliki metode sihir paling ortodoks yang bisa ditemukan saat ini, dan banyak bentuk mereka bisa dilihat dari penggunaan sihir dalam teknik bela diri, mudra, meditasi, cenayang, dan sebagainya. Penyihir misteri, the mage, itulah sebutan bagi mereka.

Setiap tiga tahun, masing-masing wahana pendidikan mengirimkan perwakilan mereka untuk saling berkompetisi dalam “Quatuor Venti Corona” – Mahkota Empat Angin.

Dua tahun yang lalu, kompetisi Quatuor Venti Corona terakhir diadakan. Di situ seorang gadis kecil bertemu dengan seorang bocah laki-laki.

“Pernah bertemu di sana? Siapa dia?” Tanya bayangan di sebelah si gadis kecil.

Rex Quatuor Venti Corona.” Jawab si gadis kecil.

Suaranya pelan, namun semua orang bisa mendengar. Rex – sang raja, bukan sembarang raja, tapi ia mengenakan Mahkota Empat Angin. Yang terkuat dan yang terhebat dari seluruh sekolah sihir di muka bumi!