Ema 18 – Kota Langit Timur

Elang Perak perlahan melayang melewati dermaga langit dan meliuk di antara perbukitan hijau serta pilar-pilar formasi bebatuan yang menjulang. Di antara lembah, dengan segera sejumlah desa dan kota terlewati.

Penduduk desa dan kota sesekali terlihat menolehkan kepala ke arah langit. Baik Elang Perak maupun Alpha Wings nyaris tidak menghasilkan suara ketika mereka melintas di angkasa, namun karena mereka bukan pemandangan yang biasa, orang-orang tetap akan terkesima menyaksikannya.

Pulau Langit Timur bukanlah pulau besar di Pasifik, tapi cukup lapang bagi sekitar sepuluh kota dengan ratusan desa dan pemukiman di atasnya. Sekitar lima hingga enam juta jiwa menempati pulau ini, dan masih tidak terasa terlalu padat.

Pema mengamati banyak hal hingga ia melihat sebuah kota megah dengan banyak bangunan yang menjulang tinggi hingga berada di antara awan. Hanya saja, ketika Pema mengamati kembali, area padat bangunan hanya ada di bagian Selatan, sementara kota bagian Utara terdapat sebuah istana yang megah.

Sementara itu, perhatian Nandha justru teralihkan pada sisi Barat Daya kota. Ia melihat sejumlah besar kerumunan di depan aula utama Akademi Langit Timur. Sebagian besar dari mereka adalah para remaja dan dewasa muda.

Meski pun dari ketinggian, Nandha bisa mengenali beberapa sosok yang berada di antara dan sekitar kerumunan yang mencapai ratusan orang tersebut.

“Kirim pesan pada Letnan Ljuben.”

“Menghubungkan dengan Letnan Ljuben Eitan, Divisi V – Anggota Tim Khusus Kontra-intelegensi – Badan Pertahanan Istana Langit Timur.” Sahut suara dari balik pengeras suara.

Di bawah sebuah pohon, beberapa ratus meter dari batas kerumunan; seorang pemuda berdiri sembari bersandar di pohon dan mengamati gerak kerumunan yang sedang berlangsung.

Pakaiannya yang tak mencolok membuatnya tampak seperti pelajar tahun akhir pada umumnya, berwajah kotak dengan sepasang iris berwarna kecokelatan tersembunyi di balik topi askot abu-abu gelap. Sepasang mata yang setengah tertutup, mengamati seluruh gerak-gerik kerumunan di lapang pandangnya.

Telunjuk dan jempol tangan kanannya sibuk memutar-mutar cincin yang terpasang di jari tengah tangan kirinya. Tampaknya seperti cincin biasa, namun bagi mereka yang sensitif, fluktuasi mana akan terlihat jelas pada cincin tersebut. Cincin komunikasi merupakan salah satu media komunikasi rahasia Divisi V, merupakan terobosan teknologi sihir di bidang spionase dalam beberapa tahun terakhir.

Tiba-tiba cincin tersebut “berdenyut” dan sebuah pesan masuk melalui transkripsi dan kodifikasi mana.

Pesannya berbunyi singkat, “Awasi arah 0130, remaja putri, rambut ikal, kulit gelap, pakaian hitam syal biru, berkas rahasia nomor AAS131. Hanya awasi. Kode Akses sementara – terenkripsi.”

Ljuben sangat kaget ketika menerima pesan itu, pertama pengirimnya adalah seseorang yang memiliki hierarki jauh di atasnya, dan yang kedua adalah isi pesan dengan berkas AAS – yang menunjukkan berkas sangat rahasia. Dia meminta akses ke berkas tersebut dengan segera, sayangnya wewenangnya tidak mencukupi, dia memasukkan kode akses sementara dan mendapatkan hak akses selama sepuluh menit.

AAS131 – Kgosi Alena; usia: tidak diketahui; asal: tidak diketahui; jenis kelamin: tidak diketahui; status: sangat berbahaya – hindari konflik langsung!

Dan sejumlah data lainnya yang membuat Ljuben menelan ludah berkali-kali. Alena si angin tak berbisik, the soundless wind. Jika orang biasa tak mengenalnya, maka mereka yang berada di Divisi V pasti pernah mendengar namanya, yang bahkan membuat para jagoan di divisi ini merinding. Daftar pembunuh bayaran global peringkat ke-10, apa yang dilakukannya di Kota langit Timur?

Sementara Ljuben berusaha tidak menyeka keringat dingin yang mulai membasahi wajah dan lehernya, ponsel Kgosi Alena berdering. Sebuah nomor tidak dikenal, dia menjawabnya dengan santai melalui kuncup telinga nirkabel.

“Alicia di sini.” Sapanya ramah.

“Halo Alicia, kuharap kamu sedang tidak ingin membuat masalah di akademi.” Suara anak laki-laki memberi balasan yang tak kalah ramahnya.

Namun suara itu membuat Alicia, pseudonim yang digunakan oleh Alena pada misi kali ini, berdebar kencang. Ia berusaha menenangkan dirinya dan melirik ke sekeliling.

“Tidak, tidak sama sekali, aku hanya sedang berlibur dan menghilangkan penat.” Kata Alicia dengan tergugup.

“Baguslah.” Jawab suara itu sambil menutup sambungan.

Alena menghela napas panjang, ia berpikir, tampaknya misi kali ini mau tidak mau harus dibatalkan. Dia mungkin rugi harus mengembalikan pembayaran dan denda terhadap pembatalan kontrak, tapi itu lebih baik jika harus bertatap muka dengan ‘iblis’ itu.

Sementara di dalam kokpit, Pema menelusuri basis data melalui ponsel barunya. Dia menemukan siapa Ljuben dan Alena yang baru diajak berkomunikasi oleh Nandha. Tidak seperti Ljuben, ponsel yang dipegang oleh Pema memiliki hak akses terhadap informasi nyaris tak terbatas, sehingga ia bisa memperoleh detail informasi yang lebih lengkap.

Inikah Kota Langit Timur? Banyak hal yang tidak terduga bisa terjadi di dalamnya.

Pesawat lanjut melayang ke bagian Utara, dan mendarat di sebuah tanah lapang secara vertikal. Tak jauh dari sana, dua rumah bergaya yang sangat kontras. Satu bergaya Rustika – rumah kayu, dan lainnya bergaya Queen Anne – rumah merah delima.