Ema 6 – Penyelamatan (II)

Kejadian serupa terjadi di dua lokasi lainnya. Pihak-pihak yang tiba-tiba kehilangan satelit yang mereka gunakan untuk mengawasi sebuah area.

“Apakah kerajaan yang menyerang satelit kita?” Tanya seorang perwira perempuan senior dengan wajah yang dingin.

“Kita belum bisa memastikan itu. Selain Apsat milik kita, Micoalt milik Persemakmuran Selatan dan Badhra milik Asosiasi Sihir Dunia Tengah juga hancur pada waktu bersamaan.” Jawab ajudannya.

Perwira perempuan itu berpikir sejenak, “Apakah kedua satelit tersebut juga sedang mengawasi area yang sama dengan satelit kita?”

“Mohon tunggu sebentar.” Sang ajudan berbalik dan mengetik sejumlah baris perintah pada konsol, hasil segera muncul di layar utama, membuat semua orang di ruang terdiam, dan menyadari sesuatu.

Triangulasi sederhana menunjukkan, bahwa “mata” ketiga satelit sedang menuju ke lokasi yang sama, saat mereka hancur.

“Menarik sekali….” Gumam si perwira.

“Jenderal, apakah ini mungkin ini….?” Tanya salah satu perwira lainnya.

Perwira perempuan senior yang disebut jenderal itu hanya menggelengkan kepalanya. “Kita hanya tahu bahwa area tersebut merupakan salah kamp manusia bagi kelompok penyihir kegelapan, sihir gelap memerlukan eksperimen terhadap manusia. Kerajaan selalu ingin menyingkirkan kekejaman terhadap kemanusiaan ini, karena itulah perang antara kerajaan dan kelompok penyihir kegelapan berlangsung dari waktu ke waktu. Kita curiga kamp ini akan menjadi titik pertemuan kedua kekuatan kali ini, dan berharap kita bisa mempelajari tentang kekuatan mereka. Tapi sepertinya salah satu dari mereka tidak suka diintai.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan jenderal?”

“Survei dengan pesawat mata-mata nirawak dari pangkalan terdekat. Kurasa, dua pemilik satelit lainnya akan mengambil langkah serupa.”

“Tapi, itu bisa jadi sudah akan terlambat.”

“Aku tahu, tapi itulah protokolnya. Kadang, protokol tidak dibuat hanya untuk mendukung kesuksesan misi, namun juga mencegah hal-hal yang tidak diinginkan muncul dari kegagalan sebuah misi.”

Jenderal tersebut tahu, jika dia tidak mengirimkan pesawat mata-mata nirawak. Lawan mereka bisa jadi curiga bahwa satelit mereka telah menangkap suatu informasi penting, sehingga tidak perlu lagi mengirim pengintai. Melihat kegilaan lawan yang berani menghancurkan satelit, tidak bisa dibayangkan apa yang pihak lawan akan lakukan demi mengambil kembali informasi dari Persatuan.

Persatuan Utara masih belum memiliki cukup informasi untuk percaya diri berhadapan-hadapan langsung dengan kelompok penyihir kegelapan maupun kerajaan. Mereka tidak boleh gegabah.

Sementara itu, si bocah mulai bergerak ke pusat sumber angin yang sepertinya menjadi mata badai.

“Tuan Muda… terlalu … energi… komunikasi… sementara….” suara mekanis terdengar terputus-putus.

Mata hitamnya memandang menembus pusaran angin yang membekukan.

‘Ini akan agak sulit.’ Gumamnya.

Ia meletakkan busurnya di atas salju, dan duduk bersimpuh menghadap ke arah pusaran angin.

Sambil menarik napas dalam-dalam, kedua tangannya membentuk mudra es dan api.

‘Hening.’

Si bocah hanya menggemakan satu kata dalam batinnya, dan seketika seluruh badai berhenti. Pusaran angin yang pada awalnya bagaikan amukan, menjadi sepoi-sepoi yang menyejukkan.

Ia lantas berdiri, dan melangkah maju dengan perlahan.

Dalam seratus langkah, ia menyaksikan sebuah pemandangan yang membuatnya menggelengkan kepala.

Beberapa wujud yang tampaknya merupakan patung es serupa manusia. Oh, bukan serupa! Mereka memang orang malang yang membeku akibat pusaran badai es.