Rambut putih dengan tubuh yang sudah bungkuk dan renta. Salah satu dari tahanan tersebut berjalan terseok menuju si bocah. Matanya tampak sudah tidak bisa melihat cahaya, namun mungkin tidak demikian dengan nalurinya.
Seorang pemuda dan sebuah tongkat membantunya berjalan perlahan.
“Tuan,” katanya sambil semakin membungkuk. “Kami mohon bantu kami sekali lagi. Tolong selamatkan Viola.”
Si bocah memiringkan kepalanya, “Viola? Siapa Viola?”
“Dia adalah malaikat kecil kami, dia….”
Belum sempat pak tua tersebut, tiba-tiba bangunan bergeretak berdecit-decit dihantam angin yang kencang.
Si bocah langsung melesat keluar, meninggalkan pesan suara yang menggema di udara, “David, kalian buat perimeter, lindungi area ini sampai aku kembali.”
“Siap, Pak!”
David memberikan jawaban penuh hormat, dia pun segera menghubungi kedua rekannya, untuk membantunya membuat perimeter.
Sementara si bocah melaju dengan menapak di atas lapisan salju dengan ringan dan lincah.
“Tuan Muda, angin yang bergerak dengan cepat menyebabkan fenomena pembersihan troposfer. Beberapa menit lagi, wilayah ini akan tampak secara gamblang oleh banyak mata.”
“Oke, mata mana yang pertama kali akan bisa mengakses area ini?”
“Dalam satu menit tujuh belas detik, satelit pengintai Delta Micoalt dari Persemakmuran Selatan; Satu menit empat puluh lima detik, satelit pengintai Apsat dari Persatuan Utara; dua menit satu detik, satelit mata-mata Badhra yang Anda sudah pasti tahu dari mana asalnya. Sejumlah pesawat pengintai nirawak tingkat stratosfer juga sedang menuju ke sini.”
“Beri aku koordinatnya.”
“Tuan Muda? Apa yang hendak Anda lakukan?”
“Berikan saja padaku.”
Tak lama kemudian, sejumlah baris kode muncul di kacamata pelindung yang dikenakan oleh bocah tersebut.
Sambil berlari, ia berlari, ia menarik busurnya.
HUFF!
Si bocah melompat dan berputar tiga ratus enam puluh derajat di udara.
WUS! WUS! WUS!
Tiga berkas cahaya lepas dari busurnya dan melesat menuju angkasa ke arah yang berbeda.
Si bocah mendarat dengan sigap dan kembali melanjutkan langkah ringannya.
Beberapa saat kemudian, suara mekanis kembali terdengar, “Tuan Muda, saya konfirmasikan bahwa ketiga satelit tersebut telah menjadi kepingan sampah orbital.”
“Bagus, setidaknya mereka bisa sekaligus menjadi penghalang sementara.”
“Tapi Tuan Muda, ini dapat menjadi alasan mereka membuat konflik baru dengan kerajaan.”
“Tanpa ini pun, mereka pasti akan membuat konflik, mereka hanya belum menemukan saja alasan yang pas untuk membenarkan langkah mereka.”
“Lalu apa rencana Tuan Muda?”
“Rencana? Bukan aku yang seharusnya membuat rencana, tapi mereka. Kuharap mereka tidak melewati batas.”
“Tapi Tuan Muda…”
“Sudahlah, manusia memiliki pelbagai tabiat, dan keserakahan adalah salah satu bagiannya. Kuharap, mereka masih bisa mengendalikan keserakahan mereka, dan berhenti di tempat di mana seharusnya mereka berhenti. Jika tidak, akan mereka akan menyesalinya.”
Di belahan lain dunia, beberapa orang sedang menatap sebuah layar besar yang gelap.
“Pak, kita telah mendapatkan konfirmasi dari badan pertahanan antariksa. Satelit kita hancur.”
BRAK!
Suara sebuah tinju menghantam meja kerja terdengar keras.
“Apa yang terjadi?! Bagaimana mungkin satelit mahal dengan mekanisme perlindungan diri tercanggih bisa hancur begitu saja?!”
Pria gemuk tua dengan banyak lencana tersemat di jas resminya bertanya dengan nada tinggi kepada orang-orang di sekitarnya.
Tapi, tak seorang pun yang berani memberikan jawaban.