Meninggalkan reruntuhan kota tak berpenghuni, sebuah bayangan segera masuk ke dalam hutan yang terbenam di balik selimut salju.
Bocah itu tampak tak mengacuhkan rintangan yang ditemukannya. Dengan mudah ia meliuk laksana angin di antara belukar dan pepohonan, seolah-olah hutan asing ini merupakan kebun belakang rumahnya.
Debu salju tak menyentuhnya, dan hewan liar yang masih terlelap seperti tak merasakan kehadirannya yang sesaat dan kemudian melesat.
Beberapa menit kemudian ia berhenti dan berpihak di pucuk sebuah pohon tua. Sekitar lima kilometer di depannya adalah sebuah kamp dengan asap membumbung di beberapa bangunannya, dan lampu-lampu menyala di beberapa ruangan.
Kamp tersebut berlokasi strategis berada di sisi badan air. Kebanyakan bangunannya terbuat dari kayu, satu atau dua terbuat dari batu. Ada setidaknya dua puluh menara pengawas menjulang setinggi bangunan lantai empat mengelilingi kamp seluas tiga hingga empat kilometer persegi itu.
Ada sebuah bukit kecil tidak jauh dari kamp, dan ia melihat tiga onggokan salju di sana.
Tersenyum kecil, si bocah segera melesat ke sana.
“Apa kalian telah lama menunggu?” Tanyanya ketika tiba di dekat gundukan tersebut.
Seketika gundukan tersebut bergetar, dan salju yang menumpuk pun berjatuhan. Tiga sosok muncul dari masing-masing gundukan.
“Pak, syukurlah Anda telah tiba.” Jawab salah satu yang bertubuh besar.
‘Pak?’ – si bocah masih merasa tetap aneh jika ada yang memanggilnya dengan sebutan Pak.
Tiga orang itu terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki.
“Terima kasih telah menunggu. Pertama-tama, perkenalkan diri kalian.”
“Siap, prajurit David, dari kesatuan Odin. Saya bertugas dalam memimpin tim ini, Pak!” Jawab laki-laki paruh baya dengan kumis yang lebat, dan tubuh yang berotot.
“Siap, prajurit Irene, penembak runduk dari kesatuan Valkyrie. Saya bertugas sebagai pendukung dalam misi ini, Pak!” Jawab perempuan yang berusia sekitar dua puluh lima tahun.
“Siap, penyihir petarung Clara, dari kesatuan Tyr. Ini merupakan tugas perdana saya di lapangan, Pak!” Jawab perempuan terakhir yang mungkin belum berusia dua belas tahun.
Si bocah melihat perempuan terakhir dengan sedikit ragu.
“Tyr? Mengapa divisi penyihir petarung sampai turut dalam misi ini?” Tanyanya.
“Siap, jawab Pak! Informasi terakhir, kesatuan khusus Freyja melihat fenomena energi sihir linier berulang muncul di sekitar kamp. Panjang gelombang energi sihir yang ditemukan tidak ada dalam catatan yang kita miliki, sehingga untuk berjaga-jaga, pusat mengirimkan salah satu dari kesatuan Tyr turut dalam misi ini.” Jawab David yang memimpin tim.
Bocah tersebut mengangguk, dan berkata, “Lex, pindai seluruh kawasan kamp dan radius sepuluh kilometer di sekitarnya. Temukan apakah ada situasi yang tidak biasa.”
“Semua tampak normal.” Jawab suara mekanis yang bernama Lex.
Ketiga orang yang tidak mendengar suara tersebut menatap si bocah berharap sebuah jawaban. Tapi si bocah hanya menggelengkan kepala.
“Jangan khawatir, kujamin misi ini akan selesai dengan lancar.” Kata si bocah sambil tersenyum.
“Siap, Pak!” Jawab mereka bertiga.
“Apakah ada pertanyaan lain?”
David tampak agak ragu, sebelum memberanikan diri bertanya, “Pak. Saya dengar situasi di dalam aliansi tidak terlalu baik. Bahkan sebuah federasi baru saja dideklarasikan. Saya khawatir tentang nasib perjuangan kita.”
Bocah itu menghela napas panjang. Ini adalah misi ketiganya dalam dua puluh empat jam terakhir. Dan setiap tim memiliki pertanyaan yang sama.
Si bocah menatap ketiga orang tersebut, “Apa kalian memiliki penyesalan dengan apa yang telah kalian jalani?”
“Tidak Pak! Tidak akan pernah!” Jawab mereka serempak.
“Bagus, mari kita mulai misi hari ini.” Si bocah tersenyum.